"Kami tidak ada persiapan khusus untuk pembongkaran makam tersebut, yang ada kami menyiapkan perangkat teknis dan tenaga untuk membongkar makam itu," kata Kepala Desa Selopanggung Muh Zahiri, Sabtu (12/9).
Ia mengaku sudah menunjuk warga yang membantu pembongkaran makam yang diduga terdapat kerangka Tan Malaka tersebut, sementara untuk perangkat desa sendiri akan membantu proses evakuasi serta berbagai perlengkapan lainnya.
Pembongkaran makam tersebut, kata Zahiri, akan dilakukan Minggu (13/9) pagi. Saat ini, sejumlah panitia nasional sudah datang ke desa, bahkan beberapa di antara mereka ada yang menginap di rumah warga.
Sementara itu, Zulfikar Khamarudin yang merupakan kemenakan Tan Malaka mengaku, pihaknya sudah memastikan akan membongkar makam tersebut. Pihaknya sudah melakukan koordinasi, baik dengan
perangkat desa, maupun pihak kepolisian, terkait dengan rencana pembongkaran tersebut.
Untuk membantu proses penelitian, dengan mengambil sampel kerangka yang tertinggal untuk dilakukan tes DNA, pihaknya melibatkan tiga dokter dari FKUI. Diharapkan, dengan jadwal waktu tersebut, hasilnya dapat diketahui tiga pekan kemudian.
"Untuk saat ini, kami hanya membongkar makam untuk mengambil sampel guna dilakukan tes DNA. Baik nanti hasilnya negatif atau positif, kami akan mengumumkan secara resmi," kata Zulfikar.
Menyinggung langkah selanjutnya, ia mengatakan akan langsung kembali ke Jakarta untuk keperluan tes DNA. Namun, jika hasilnya ternyata positif, pihaknya akan kembali berkoordinasi dengan panitia nasional untuk rencana tindak lanjut.
Sebelumnya, Direktur Penerbitan Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Karibia dan Asia Tenggara atau KITLV di Leiden Harry A Poeze sejak tahun 1971 berusaha untuk menguak perjuangan dan kematian Tan Malaka. Poeze mengambil kesimpulan, Tan Malaka dibunuh oleh pasukan Batalyon Sikatan pimpinan Letnan Dua Soekotjo, dan tewas pada tanggal 21 Februari 1949. Walau demikian, Zulfikar mengaku bahwa pihaknya belum berani mengambil kesimpulan lebih, mengingat hingga kini baru akan dilakukan tes DNA.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Kediri Waris mengemukakan, pihaknya tetap meminta, baik kepada keluarga, maupun panitia nasional untuk tidak membawa kerangka yang berada di lokasi makam tersebut, walaupun hasilnya bukan jenazah Tan Malaka.
Namun, jika ternyata hasilnya positif, pemkab sudah mempunyai langkah selanjutnya untuk menata dan membuat makam tersebut, dengan orientasi akan dijadikan sebagai wisata sejarah, seperti makam Bung Karno di Blitar.
"Harapan kami, makam tersebut tidak dipindah dari wilayah kabupaten. Pemkab sudah mempunyai rencana untuk membangun lokasi makam, dan dijadikan sebagai wisata sejarah," kata Waris.
0 komentar:
Posting Komentar